Tamansari

by
  • Tamansari

    Tidak perlu bingung bila ingin mencari obyek wisata menarik tapi tidak jauh dari pusat kota Jogja. Di dalam area Jeron Benteng Keraton Jogja, ada Istana Air Tamansari, yang popularitasnya juga terkenal hingga ke mancanegara. Obyek wisata heritage ini hanya 10 menit jaraknya bila kita berjalan kaki dari Keraton Jogja.

    Istana Taman sari

    Tamansari dulunya adalah tempat rekreasi bagi Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat beserta para keluarganya dan juga seluruh kerabat istana. “Tempat mandinya Sultan”, begitu kalau kata pemandu-pemandu yang banyak terdapat di kawasan yang sudah menjelma menjadi kampung wisata ini.

    Nama Tamansari berasal dari bahasa Jawa, artinya adalah taman yang indah. Bangunan bersejarah ini memang memiliki kolam pemandian yang dulunya diperuntukkan khusus untuk Sultan dan keluarganya.

    Istana Air Tamansari terletak di sekitar 500 meter barat daya dari Keraton Jogja. Dibangun pada jaman Sultan Hamengku Buwana I, tepatnya pada tahun 1758, sebagai perlambang untuk kejayaan Raja Mataram. Kompleks ini dibangun secara bertahap dengan luas lebih dari 10 hektar, dengan total terdapat 57 bangunan di dalamnya. Dari sejak awal pembangunannya, Tamansari memang dibangun sebagai tempat rekreasi, kolam pemandian, dan pesanggrahan bagi Sultan dan Keluarganya.

    Bangunan-bangunan Tamansari

    Bangunan Tamansari memiliki keunikan dan nilai arsitektur yang cukup tinggi pada jamannya. Dikelilingi oleh segaran (danau buatan) dengan wewangian dari bunga-bunga terletak di “pulau-pulau” kecil buatan yang tersebar di dalamnya. Mungkin ini yang menjadi alasan tempat ini juga sering disebut dengan nama Istana Air (Water Castle) Tamansari.

    Desain awal Tamansari didasarkan pada gagasan Sri Sultan HB I yang diterjemahkan dalam gambaran teknis oleh arsitek dari Sulawesi yang berkebangsaan Portugis. Tamansari sendiri didirikan di atas sebuah mata air yang dikenal dengan nama Umbul Pacethokan.

    Meski dibangun oleh arsitek berkebangsaan Portugis dengan konstruksi akuatik, Tamansari juga dihiasi oleh ornamen-ornamen bercorak Jawa. Perpaduan antara Jawa dan Portugis pun tampak di seluruh 57 bangunan yang ada di Tamansari. Bangunan-bangunan tersebut terdiri dari kolam pemandian, kanal-kanal air, kamar-kamar untuk meditasi, masjid, kolam renang, serta 18 taman air dan paviliun yang dikelilingi oleh danau buatan.

    Kolam Taman sari

    Kompleks Bangunan Tamansari terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu:

    1. Kolam Pemandian
    2. Kolam Pemandian yang terdiri dari 2 kolam yang terpisah ini adalah tempat rekreasi bagi keluarga Keraton Jogja. Area kolam ini juga dilengkapi dengan bangunan dua tingkat yang berada di ujung kolam bagian dalam. Dari bangunan yang menghadap ke kolam ini para Sultan di jaman dulu biasanya mengamati perempuan-perempuan yang mandi di kolam bagian luar. Lalu Sultan akan memilih salah satu atau beberapa perempuan tersebut dan meminta mereka untuk menemaninya mandi di kolam bagian dalam. Kolam ini juga dikelilingi oleh beberapa pot tanaman sehingga membuatnya semakin tampak asri.

    3. Pulau Kenanga atau Cemeti
    4. Pulau Kenanga atau Cemeti adalah perpaduan dari beberapa bangunan, yaitu sebuah pulau, Sumur Gemuling, dan terowongan-terowongan bawah tanah. Dinamai Pulau Kenanga karena di lokasi ini banyak ditanami pohon-pohon kenanga yang menyebarkan semerbak harumnya bunga kenanga ke seluruh areal pulau.

      Pulau buatan tersebut sebenarnya adalah bangunan-bangunan tinggi yang digunakan sebagai ruang peristirahatan. Bangunan ini akan menjadi satu-satunya bangunan yang berada di atas air bila kanal-kanal air yang ada dibuka dan air membanjiri area ini sehingga akan tampak seperti bunga teratai yang mengapung di tengah kolam.

      Selain sebagai tempat peristirahatan dan rekreasi, Tamansari dulunya memang juga dipergunakan sebagai tempat persembunyian. Keberadaan lorong-lorong dan ruangan-ruangan tersembunyi di area bawah tanah Tamansari membuatnya dapat digunakan sebagai tempat persembunyian bagi keluarga dan kerabat kerajaan ketika mendapat serangan dari musuh. Ketika ada serangan dari musuh, seluruh keluarga dan kerabat Keraton akan bersembunyi di lorong-lorong bawah tanah Tamansari. Setelah semua anggota keluarga dan kerabat sudah aman dan berada di dalam, kanal-kanal air akan dibuka, sehingga dalam sekejap, air akan membanjiri lingkungan Tamansari – termasuk jalan-jalan masuknya – dan dapat menenggelamkan musuh yang sudah menyerang masuk.

      Untuk mencapai tempat ini saat air masih mengelilingi pulau, Sultan pada jaman dahulu biasanya menggunakan perahu pribadi, melalui Kreteg Gantung. Sisa-sisa bangunan ini masih dapat dilihat walau sudah nyaris tak terlihat bentuk aslinya.

      Sumur Gemuling yang masih termasuk bagian dari Pulau Kenanga merupakan bangunan yang dibangun dengan konstruksi mirip sumur. Di dalamnya terdapat beberapa ruangan yang dulunya difungsikan sebagai ruang doa bagi keluarga Keraton.

      Terowongan-terowongan rahasia yang ada di sekitarnya adalah terowongan yang menuju ke Kraton. Menurut legenda, terowongan ini merupakan terowongan yang juga menghubungkan Keraton Jogja dengan Laut Selatan, Kerajaan Kanjeng Ratu Kidul – yang dipercaya sebagai istri ghaib dari Sultan Jogja dari generasi ke generasi, dan dipercaya sebagai jalan Sultan untuk menuju ke tempat pertemuan dengan istri ghaibnya tersebut.

    5. Ruang Keramat
    6. Seperti namanya, Ruangan Keramat merupakan ruangan yang dikeramatkan. Dulunya ruangan ini merupakan tempat untuk bertapa bagi Sultan dan keluarganya.

    Gempa, Renovasi, dan Tamansari Kini

    Tamansari sudah tidak lagi digunakan setelah terjadinya sebuah gempa tektonik pada 10 Juni 1867 yang menghancurkan beberapa bangunan dan mengeringkan taman air yang ada. Menurut sejarah, sejak gempa tektonik pada tahun 1867 tersebut, Tamansari baru mulai direnovasi pada tahun 1977. Bangunan-bangunan Tamansari yang tertimbun akibat gempat dibongkar, namun hanya sedikit bagian dari bangunan keseluruhan Tamansari yang bisa diselamatkan. Seiring berjalannya waktu, penghuni-penghuni liar mulai berdatangan dan membangun rumah di bekas danau buatan. Daerah inilah yang saat ini dikenal dengan Kampung Taman, yang juga terkenal dengan kerajinan batiknya.

    Gempa besar yang terjadi di wilayah Jogja pada tahun 2006 kembali merubuhkan bangunan-bangunan yang ada di Tamansari. Renovasi-pun kembali dilakukan. Berbagai tahapan tenovasi yang dilakukan setelah gempa tahun 2006 membuat Tamansari kini kembali tampil cantik. Hampir semua bangunan yang hancur karena gempa diperbaiki, diperkuat, dan dilapis ulang. Taman-tamannya pun dipercantik, sehingga tampak asri dan segar di mata.

    Taman di Taman sari

    Walau saat ini terhimpit oleh rumah-rumah penduduk, Tamansari beserta Kampung Taman yang mengelilinginya sangat menarik untuk dikunjungi saat Anda berlibur di Jogja.

    Siapkan kamera dan pose terbaik Anda. Keunikan serta keindahan bangunan-bangunan dan arsitektur dari Istana Air Tamansari ini sangat menggoda untuk diabadikan dalam bingkai foto.

    Harga Tiket Masuk dan Pemandu Wisata

    Harga Tiket Masuk Tamansari sangat terjangkau. Hanya dengan mengerluarkan Rp. 5.000,- saja, Anda dapat mengintip kemegahan taman raja dari masa lalu ini. Untuk jasa pemandu wisata, tidak ada harga tetap yang tercantum, sifatnya sukarela. Saran kami, Rp. 50.000,- sepertinya cukup layak untuk membayar jasa guide berdurasi sekitar 1 jam ini. Bila Anda sangat terkesan dengan pemandu yang menemani dan mengantarkan Anda berkeliling Tamansari, silahkan membayar lebih 😉

    Sumber: Harga Tiket Masuk Obyek Wisata Jogja.

    Jam Buka dan Lokasi

    Tamansari buka setiap hari di jam 09.00 WIB – 15.30 WIB, setiap harinya.

    Lokasinya tidak jauh dari Keraton Jogja. Bila menggunakan kendaraan bermotor, kita harus memutar sedikit melewati kampung Ngasem, sekitar 5-10 menit perjalanan. Bila mau, kita bisa langsung berjalan kaki dari sisi selatan Keraton. Ada jalan tembus yang bisa kita lewati untuk menuju ke Tamansari sembari menikmati suasana di dalam Benteng Keraton.

  •  
    Jam Buka: 09.00 WIB – 15.30 WIB